Kamis, 29 November 2012

OBAT ANTIMALARIA


MAKALAH

OBAT ANTIMALARIA



DISUSUN OLEH:
SHERLY
H31109273



JURUSAN KIMIA
FAKULTAS MATEMTIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR
2012



BAB I
PENDAHULUAN

1.1 LATAR BELAKANG
Malaria merupakan penyakit protozoa yang paling penting dan paling luas penyebarannya dan juga merupakan salah satu penyakit infeksi yang pentng dan merupakan penyakit yang terdapat di daerah Tropis. Penyakit ini sangat dipengaruhi oleh kondisi-kondisi lingkungan yang memungkinkan nyamuk untuk berkembangbiak dan berpotensi melakukan kontak dengan manusia dan menularkan parasit malaria. Contoh faktor-faktor lingkungan itu antara lain hujan, suhu, kelembaban, arah dan kecepatan angin, ketinggian. Salah satu faktor lingkungan yang juga mempengaruhi peningkatan kasus malaria adalah penggundulan hutan, terutama hutan-hutan bakau di pinggir pantai. Akibat rusaknya lingkungan ini, nyamuk yang umumnya hanya tinggal di hutan, dapat berpindah di pemukiman manusia, kerusakan hutan bakau dapat menghilangkan musuh-musuh alami nyamuk sehingga kepadatan nyamuk menjadi tidak terkontrol.
 Diperkirakan jumlah penderita tiap tahun mencapai 100 juta. Di Afrika saja tiap tahun sekitar 1 juta anak meninggal karena malaria. Program perang terhadap malaria dari program WHO yang mulai pada tahun 1956, mula-mula sangat berhasil, tapi kemudian dianggap gagal karena diseluruh dunia jumlah kasus malaria meningkat lagi. Beratus juta manusia hidup pada daerah yang terkontaminasi malaria. Seringkali menyebabkan kematian karena pasien tak ditangani secara segera. Yang terutama berbahaya adalah jia terjadi pada anak-anak
1.2  TUJUAN
Tujuan dari makalah ini adalah untuk mengetahui obat antimalaria, struktur kimia, mekanisme kerja dan target molekul obat, serta hubungan struktur dengan aktivitas obat.


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

1.        Defenisi Malaria
Malaria adalah penyakit yang disebabkan oleh parasit bernama Plasmodium. Penyakit ini ditularkan melalui gigitan nyamuk yang terinfeksi parasit tersebut. Di dalam tubuh manusia, parasit Plasmodium akan berkembang biak di organ hati kemudian menginfeksi sel darah merah. Pasien yang terinfeksi oleh malaria akan menunjukan gejala awal menyerupai penyakit influenza, namun bila tidak diobati maka dapat terjadi komplikasi yang berujung pada kematian.

2.        Obat Malaria
Obat antimalaria pertama yang dikenal sebagai salah satu obat tertua dan terpenting adalah kuinin, yang diisolasi dari kulit batang Cinchona spesies (Rubiaceae) pada tahun 1820. Pada tahun 1940, penemuan klorokuin hasil sintesis yang digunakan untuk obat antimalaria yang lain, kedua obat tersebut masih digunakan sampai saat ini. Kajian parasitologi molekuler pada tahun 1980, telah diperoleh kemajuan untuk memahami mekanisme resistensi dari obat antimalaria yang paling banyak digunakan, yaitu kuinolon analog dan antifolat. Resistensi parasit terhadap klorokuin diketahui disebabkan oleh adanya mutasi pada gen. Diduga resistensi ini melibatkan lebih dari satu gen. Mekanisme resistensi terhadap obat-obatan antifolat, pirimetamin, proguanil dan sulfadoksin terjadi karena mutasi pada dan mutasi pada gen sitokrom b di dalam genom mitokondria mengakibatkan parasit resisten terhadap atovakuon, obat antimalaria terbaru. Problem penting pada profilaksis dan penenganan malaria adalah berkembangnya resistensi. Misalnya sebagian galaur plasmodium falciparu misalnya di Asia Tenggara) resisten terhadap obat yang amat penting klorokuin.
Obat antimalaria yang ideal adalah obat yang efektif terhadap semua jenis dan stadium parasit, menyembuhkan infeksi akut maupun laten, efek samping ringan dan toksisitas rendah. Obat antimalaria dikelompokkan menurut rumus kimia dan efek atau cara kerja obat pada stadium parasit. Antimalaria yang memiliki struktur dasar kuinolin yaitu kuinin, klorokuin, amodiakuin dan meflokuin.

a.        Kuinin
Obat malaria tertua, terutama berkhasiat pada bentuk eritrositer parasit malaria. Senyawa ini sangat terdesak oleh obat sintesi baru yang lebih berkhasiat dan dapat ditoleransi baik. Kuinin adalah alkaloid utama dari kulit pohon kina, sejenis pohon yang ditemukan di Amerika Selatan. Calancha, seorang Rahib dari Lima Peru pertama kali menulis kegunaan pengobatan dengan tepung kina pada demam yang berulang pada awal tahun 1633. Pada tahun 1820, Pelletier dan Caventou memisahkan kinin dan kinkonin dari cinchona. Hingga sekarang kina diperoleh secara utuh dari sumber alam disebabkan sulitnya mensintesa kompleks molekulnya.
Obat ini bekerja dengan menghambat hemepolimerase, sehingga mengakibatkan penumpukan zat sitotoksik yaitu heme. Mekanisme kerjanya: memblok sintesis asam nukleat dengan pembentukan kompleks DNA atau dengan kata lain Menekan pengambilan oksigen dan metabolisme karbohidrat, membentuk khelat dengan DNA, mengganggu duplikasi dantranskripsi parasit, berfek terhadap distribusi kalsium dalam jaringan otot dan menurunkan eksitabilitas pada akhir syaraf motorik, efek terhadap kardiovaskular mirip dengan kuinidin. Kuinin juga menghambat metabolisme karbohidrat. Kuinin bersifat toksik terhadap berbagai bakteri dan organisme bersel tunggal seperti tripanosoma, plasmodium dan spermatozoa, serta mempunyai daya iritasi kuat.


 
 
Kuinin tersedia dalam bentuk tablet dan kapsul berisi 300 dan 600 mg basa. Juga tersedia dalam bentuk injeksi mengandung 300 mg/ml. Dosis oral adalah 10 mg/kg berat badan/8 jam selama 4 hari pertama dan dilanjutkan 15 mg/kg berat badan/8 jam selama 4 hari.
b.        Klorokuin
Suatu turunan 4-amonokuinolin adalah obat skizon darah yang sangat kuat, dan selama tidak ada resistensi, merupakan obat pilihan pertama pada serangan malaria akut. Senyawa ini adsorpsi oleh usus dengan cepat dan sempurna dan disimpan dalam hati, limpa, ginjal, paru-paru, leukosit, dan eritrosit. Klorokuin dengan cepat mengakhiri demam dalam 24-48 jam.
Mekanisme kerjanya adalah klorokuin berikatan pada DNA dan RNA sehingga menghambat polimerase DNA dan RNA, mempengaruhi metabolisme dan kerusakan haemoglobin oleh parasit, menghambat efek prostaglandin, klorokuin mempengaruhi keasaman cairan sel parasit dan menaikkan pH internal sehingga menghambat pertumbuhan parasit, berpengaruh terhadap agregasi feriprotoporpirin IX pada reseptor kloroquin sehingga merusak membran parasit dan juga berpengaruh pada sintesis nulkeoprotein. Berikut adalah struktur klorokuin.




            Klorokuin biasanya dapat ditoleransi dengan baik, walaupun dalam jangka panjang. Gatal-gatal, mual, muntah, sakit kepala, nyeri abdomen, penglihatan kabur merupakan efek yang tidak diinginkan. Pemberian obat setelah makan mungkin dapat mengurangi efek tersebut.
Klorokuin tersedia sebagai tablet klorokuin fosfat 250 mg yang mengandung 150 mg basa. Klorokuin dihidroklorida injeksi mengandung 40 mg basa tiap ml. Dosis oral diberikan pada hari pertama dengan dosis 10 mg/kg berat badan, diikuti 6 jam kemudian dengan dosis 5 mg/kg, serta pada hari kedua dan ketiga dengan dosis 5 mg/kg. Pemberian secara intra vena dengan dosis 10 mg/kg berat badan selama ≥ 8 jam, dilanjutkan 15 mg/kg selama ≥ 24 jam (pemberian dalam 10 ml NaCl 0,9%/dekstrosa 5%).
c.         Meflokuin
Strukturnya mirip kuinin. Sama seperti kuinin dan klorokuin merupakan skizontisida darah yang kuat. Obat ini dikembangkan untuk penanganan malaria tropika yang resisten terhadap klorokuin. Meflokuin bekerja dengan menghambat pengeluaran (up take) klorokuin pada sel yang terinfeksi, mekanisme ini menerangkan efek antagonis dari klorokuin dan meflokuin pada parasit yang sedang tumbuh.
Efek samping yang dapat terjadi adalah muntah dan kadang-kadang ganguan saraf pusat (halusinasi, disorientasi). Berikut adalah struktur dari meflokuin.







d.        Primakuin
          Primakuin adalah anti malaria esensial yang dikombinasikan dengan klorokuin dalam pengobatan malaria. Obat ini efektif terhadap gametosid dari semua Plasmodium sehingga dapat mencegah penyebaran penyakit. Juga efektif terhadap bentuk hipnozoit dari malaria sehingga dapat digunakan untuk pengobatan radikal dan mencegah relaps. Obat ini tidak mempunyai efek yang nyata terhadap bentuk aseksual parasit di darah sehingga selalu digunakan bersamaan dengan skizontosida darah dan tidak pernah digunakan sebagai obat tunggal.
Diduga obat ini bekerja dengan menghasilkan oksigen reaktif atau berkompetisi dengan transport elektron dalam tubuh parasit. Primakuin diabsorbsi dengan baik setelah pemberian oral dan dengan cepat dimetabolisasi. Waktu paruh ± 6 jam. Metabolit dari primakuin merupakan bahan oksidatif dan dapat menyebabkan hemolisis pada pasien yang sensitif.
Primakuin tersedia dalam bentuk tablet berisi 15 mg bentuk basa. Diberikan setelah pemberian klorokuin dengan dosis 0.25 mg/kg berat badan/hari selama 5 hari untuk infeksi P. Vivax dan P. Ovale serta 0.75 mg/kg berat badan dosis tunggal pada infeksi P falciparum. Dosis dewasa yaitu 15 mg per hari selama 14 hari. Berikut struktur primakuin.
     
 BAB III
PENUTUP

3.1  KESIMPULAN
Obat antimalaria antara lain adalah kinin, klorokin, meflokuin, dan primakuin, memiliki struktur kimia yang hampir sama yaitu memiliki 2 cincin benzena dengan satu gugus nitrogen di salah satu cincinnya (merupakan turunan kuinin). Mekanisme kerja dan target molekul obat berbeda pada setiap obat.

3.2 SARAN
Agar untuk presentasi berikutnya dapat ditampilkan mekanisme reaksi obat, karena hingga saat ini, masih belum dapat di temukan.

 DAFTAR PUSTAKA
Anonim, 2006, Malaria (online), (http://id.wikipedia.org/wiki/Malaria) diakses 29 oktober 2012, pukul 17.00 WITA Makassar.
Anonim, 2006, pengobatan malaria (online), (http://medicatherapy.com/) diakses 29 oktober 2012, pukul 17.20 WITA Makassar.
Azlin, E., 2004, Obat Anti Malaria, Sari Pediatri (5)4.
Lubis, F.A., Pasaribu, P., dan Lubis, C.P., 2008, Efikasi Kinin-Doksisiklin pada Pengobatan Malaria Falsiparum Tanpa Komplikasi, Sari Pediatri, (10)4.
Syamsudin, 2005, Mekanisme Kerja Obat Antimalaria, Jurnal Ilmu Kefarmasian Indonesia 3(1): 37-40.




Tidak ada komentar:

Search box

RSS feed

About Author

GOD BLESS YOU

Footer