TUGAS
MAKALAH
KONTEMPORER
“PROSEDUR PEMBUATAN NANO KRISTALIN METAL OKSIDA UNTUK APLIKASI SENSOR GAS”
Disusun
Oleh :
Syarifuddin H31109002 Gita
Permata Sari H31109254
Rusdianto H31109258 Zulfiana Sudirman H31109267
Sherly H31109273
JURUSAN
KIMIA
FAKULTAS
MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
2012
1.
Pendahuluan
Saat ini berbagai jenis
solid state sensor atau dikenal dengan sensor mikroelektronik telah banyak dan
berhasil diaplikasikan ke bidang seperti lingkungan atau untuk aplikasi
monitoring pencemaran udara, kesehatan dan berbagai industri. Keberhasilan ini
membuat kebutuhan akan sistem sensor diberbagai bidang juga semakin meningkat.
Hal ini memacu bagi peneliti atau produsen sensor untuk membuat jenis sensor
yang berukuran kecil (mikrosensor) dan low cost dari yang ada saat ini.
Dengan perkembangan
teknologi mikroelektronika atau nanotechnology saat ini, telah membuka peluang
melakukan inovasi teknologi dalam pembuatan sistem sensor yang lebih compact,
kecil dengan akurasi dan performance yang lebih baik. Komponen-komponen metal
oksida (MOX) seperti: SnO2, In2O3, WO3, ZnO, TiO2, ITO dan lain-lain, adalah
sebagai bahan pembuat lapisan sensitif sensor gas.
Oleh karena itu dalam
penelitian ini metoda yang digunakan adalah metoda sol gel, dimana pemilihan
metoda tersebut disebabkan karena prosesnya lebih singkat, temperatur yang
digunakan lebih rendah, dapat menghasilkan serbuk metal oksida dengan ukuran
nano partikel dan dapat menghasilkan karakteristik yang lebih baik dari pada
proses metalurgi serbuk.
2. Proses Sol Gel
Prekursor atau bahan
awal dalam pembuatannya adalah alkoksida logam dan klorida logam, yang kemudian
mengalami reaksi hidrolisis dan reaksi polikondensasi untuk membentuk koloid, yaitu
suatu sistem yang terdiri dari partikel-partikel padat (ukuran partikel antara
1 nm sampai 1 μm) yang terdispersi dalam suatu pelarut. Bahan awal atau
precursor juga dapat disimpan pada suatu substrat untuk membentuk film (seperti
melalui dip-coating atau spin-coating), yang kemudian dimasukkan kedalam suatu
container yang sesuai dengan bentuk yang diinginkan contohnya untuk
menghasilkan suatu keramik monolitik, gelas, fiber atau serat, membrane,
aerogel, atau juga untuk mensitesis bubuk baik butiran mikro maupun nano (Hench
& West, 1990).
Dari beberapa tahapan
proses sol-gel, terdapat dua tahapan umum dalam pembuatan metal oksida melalui
proses sol-gel, yaitu hidrolisis dan polikondensasi seperti terlihat pada
Gambar 1 berikut ini. Pada tahap hidrólisis terjadi penyerangan molekul air.
2.1.
Kimia Sol Gel
Kimia sol gel adalah
didasarkan pada hidrolisis dan kondensasi dari precursors. Umumnya pada sol gel
ditunjukkan penggunaan alkoksida sebagai precursor. Alkoksida memberikan suatu
monomer yang dalam beberapa kasus yang terlarut dalam bermacam-macam pelarut
khususnya alkohol. Alkohol membolehkan penambahan air untuk mulai reaksi,
keuntungan lain alkoksida adalah untuk mengontrol hidrolisis dan kondensasi.
Dengan alkoksida sebagai precursor, kimia sol gel dapat disederhanakan dengan
persamaan reaksi berikut.
Reaksi
Sol Gel
Ada dua tahapan reaksi
dalam Sol Gel
Menurut Iler, polimerisasi sol-gel
terjadi dalam tiga tahap:
1. Polimersasi
monomer-monomer membentuk partikel
2. Penumbuhan partikel
3. Pengikatan partikel
membentuk rantai, kemudian jaringan yang terbentuk diperpanjang dalam medium
cairan, mengental menjadi suatu gel, seperti ditunjukkan pada Gambar-2 berikut.
Gambar-2: a) Tahapan
pembentukan Sol dan b) Tahapan pembentukan Gel
3.
Prosedur
Bahan baku yang
digunakan adalah : In(CH3COO)3 , Diethylene Glycol, HNO3, Zn(CH3COO)2(H2O)2,
WCl6, C2H5OH, 2,4-Pentanedione, SnCl2, K2CO3, KCl. Adapun cara pembentukan
struktur nanomaterial metal oksida salah satu metode yang akan dipakai dengan
metode Sol Gel. Metal-metal oksida tersebut akan diimplementasikan sebagai
bahan pembentuk sensor gas. Adapun tahapan proses untuk pembuatan nano kristal
WO3 adalah sebagai berikut, seperti yang ditunjukan pada gambar-5. Caranya,
tungsten oksida (10.0 g) telah dihancurkan dengan 31.0 ml methanol. Setelah di
stirring pada suhu kamar selama 15 menit, 18.0 ml air (1:25 tungstic
acid:water) pelan-pelan dimasukkan kedalam larutan acid-methanol dan di-reflux
pada 80°C selama 20 jam di stirring pada udara terbuka. Setelah itu,
dikeringkan pada ruang hampa dan kemudian diperoleh bubuk kering adalah lebih
lanjut diperlakukan untuk 5 jam pada 110 °C di udara. Nanocrystalline WO3 telah
diperoleh dengan cara mengeringkan bubuk tersebut antara 400°C atau 700°C
selama 5 jam, di bawah aliran udara (50- ml min-1).
Untuk membuat bahan ZnO
nanopartikel dari bahan zinc acetate dihydrate (152 g, 69x10-3 mol) dilarutkan
di dalam dietilena glikol (DEG) dan dipanaskan sampai 130 °C sehingga diperoleh
suatu larutan jernih . Setelah di tambahkan air (2 ml) kemudian diaduk dan
dipanaskan sampai 180 °C selama 2 jam, sehingga menjadi keruh putih dengan
cepat. Untuk menghilangkan bahan pelarut organik, maka hasilnya dikeringkan
pada suhu 400 °C selama 2 jam dan lalu diannealing pada 600 °C selama 1 jam.
Sehingga akan dihasilkan serbuk putih dari seng oksida (ZnO), dan tahapan
prosesnya seperti diuraikan pada Gambar-6.
Untuk membuat bahan
In2O3 nanopartkel dari bahan indium acetate (067 g, 2,310 mol) dilarutkan di
dalam dietilena glikol (DEG) dan dipanaskan sampai 130 °C sehingga diperoleh
larutan jernih. Setelah ditambahakan asam nitrat (2 ml, 3 N) dengan diaduk dan
campuran tersebut dipanaskan sampai suhu 180 °C selama 5 jam, sehingga larutan
menjadi keruh secara berangsur-angsur dan akhirnya menjadi coklat muda. Setelah
pengeringan ( 400 °C, 2 jam )dan kalsinasi pada 500 °C ( 1 jam )suatu serbuk
berwarna kuning diperoleh, yang dikenal sebagai oksida indium (In2O3), dan
tahapan prosesnya seperti pada Gambar-7.
Substrat itu
dikeringkan selama 24 jam pada 60 °C dan setelah itu didiamkan selama 1 jam
pada 500 °C di dalam udara untuk menghilangkan film-film pembangkit residu
organik homogen dari oksida indium (0,3 mg, 1,06x10-6 mol). Metal Oksida yang
sudah diannealing dapat dikarakterisasi. Karakterisasi yang dilakukan adalah :
Struktur nano dengan SEM atau TEM dan senyawa yang terbentuk dengan XRD dan
FTIR.
Gambar 5: Skema
Proses Sol Gel Sintesis WO3 Nanomaterial
Gambar 6 : Skema
Proses Sol Gel Sintesis ZnO Nanomaterial
Gambar 7 : Skema
Proses Sol Gel Sintesis In2O3 Nanomaterial
KESIMPULAN
1. Penggunaan teknologi sol gel disamping thick
film dan teknologi Micro Machining untuk menghasilkan divais dengan konsumsi
daya yang rendah. Tahap pertama, divais-divais sensor yang dikembangan akan
difabrikasi dengan teknik screen printing untuk mendapatkan prototipe yang
cepat dengan kinerja sesuai yang diharapkan. Tahap kedua adalah mewujudkan
divais tersebut dengan teknologi MicroMachining dalam rangka proses
miniaturisasi lebih lanjut. Semakin kecil sensor yang dibuat, akan semakin
rendah pula konsumsi dayanya.
2. Pemilihan
jenis material dan metoda proses yang belum banyak dieksplorasi penggunaannya
dalam rancang bangun sensor gas akan memberikan aspek orisinalitas.
Selama
beberapa tahun terakhir, SnO2 adalah material yang paling banyak digunakan
dalam sensor gas. Sebaliknya, material lain seperti In2O3, WO3, ZnO, Fe2O3
masih belum banyak digunakan dalam pembuatan sensor gas walaupun potensinya
sangat besar. Oleh karena itu, penelitian ini akan difokuskan pada penggunaan
material-material metal oksida tersebut dan modifikasinya agar peluang
mendapatkan konsep-konsep ilmiah baru bisa lebih mudah.
3. Dengan
teknologi Sol Gel didapatkan hasil yang efektif dan efisien seperti mendapatkan
butiran kristal nano sehingga devais yang dihasilkan menjadi lebih sensitif dan
kinerjanya menjadi lebih tinggi.
Referensi
:
Chanifah,
S., 2012, Nanoteknologi,
http://sitichanifahfk2011.blog.unissula.ac.id/2012/01/26
/nanoteknologi/.
Tang,
C., 2011, Sejarah Perkembangan
Nanoteknologi, http://id.shvoong.com/exact-sciences/engineering/2159207-sejarah-perkembangan-nanoteknologi/.
Widodo,
S., 2010, Teknologi Sol Gel Pada Pembuatan
Nano Kristalin Metal Oksida untuk Aplikasi Sensor Gas
Tidak ada komentar:
Posting Komentar