Larutan Baku (Larutan Standar)
Larutan baku
primer
Larutan yang
mengandung zat padat murni yang konsentrasi larutannya diketahui secara tepat
melalui metode gravimetri (perhitungan massa), dapat digunakan untuk menetapkan
konsentrasi larutan lain yang belum diketahui. Nilai konsentrasi dihitung
melalui perumusan sederhana, setelah dilakukan penimbangan teliti dari zat
pereaksi tersebut dan dilarutkan dalam volume tertentu.
Contoh: K2Cr2O7,
As2O3, NaCl, asam oksalat, asam benzoat.
Syarat-syarat
larutan baku primer
Zat
harus mudah diperoleh, dimurnikan, dikeringkan (jika mungkin pada suhu 110-120
derajat celcius) dan disimpan dalam keadaan murni. (Syarat ini biasanya tak
dapat dipenuhi oleh zat- zat terhidrasi karena sukar untuk menghilangkan
air-permukaan dengan lengkap tanpa menimbulkan pernguraian parsial.)
Zat harus tidak
berubah berat dalam penimbangan di udara; kondisi ini menunjukkan bahwa zat tak
boleh higroskopik, tak pula dioksidasi oleh udara atau dipengaruhi
karbondioksida.
Zat
tersebut dapat diuji kadar pengotornya dengan uji- uji kualitatif dan kepekaan
tertentu.
Zat
tersebut sedapat mungkin mempunyai massa relatif dan massa ekuivalen yang
besar.
Zat
tersebut harus mudah larut dalam pelarut yang dipilih.
Reaksi
yang berlangsung dengan pereaksi harus bersifat stoikiometrik dan langsung
Larutan baku sekunder
Larutan suatu
zat yang konsentrasinya tidak dapat diketahui dengan tepat karena berasal dari
zat yang tidak pernah murni. Konsentrasi larutan ini ditentukan dengan
pembakuan menggunakan larutan baku primer, biasanya melalui metode titrimetri. Contoh: AgNO3, KmnO4,
Fe(SO4)2
Syarat-syarat
larutan baku sekunder :
Derajat
kemurnian lebih rendah daripada larutan baku primer
Mempunyai berat ekivalen
yang tinggi untuk memperkecil kesalahan penimbangan
Larutannya relatif stabil
dalam penyimpanan.
Daftar Pustaka :
Basset, J.,
1994, Vogel Buku Teks Kimia Analisis Kuantitatif Anorganik, Edisi ke- 4, Buku
Kedokteran EGC, Jakarta
Tidak ada komentar:
Posting Komentar